“Sivia.. Banguun.. !” sayup-sayup terdengar suara teriakan mama Sivia dari bawah.
”......” namun belum juga ada jawaban dari sivia.
Sudah berkali-kali mama Sivia berteriak, namun masih tidak ada jawaban dari atas. Dengan sedikit menggerutu, mama Sivia naik ke lantai atas. Menuju ke kamar Sivia.
”siviaaa... bangun sayang...” kata mama sivia sambil menggoyangkan tubuh anaknya itu.
”emh.. apaan si ma?” akhirnya dengan malas-malasan sivia membuka matanya.
”lihat, sudah jam berapa ini? Nanti kamu terlambat lho...” ucap mamanya sedikit kesal dengan anaknya yang masih terlihat kusut itu.
Sivia dengan enggan meraih ponsel yang ada di atas meja disamping tempat tidurnya. Warna layar yang putih menyilaukan matanya.
”iihhh.... baru juga jam 7. apa? Jam 7... waduuuuhhh... gawat ni, bisa-bisa aku telat...”
Mama hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah anak semata wayangnya itu.
”yaudah, mendingan buruan kamu mandi,” kata mama Sivia yang kemudian berjalan meninggalkan kamar Sivia, menuju ke bawah untuk menyiapkan sarapan. Dan dengan buru-buru sivia masuk ke kamar mandi.
***
Setelah Sivia selesai mandi, dia segera mengambil tasnya dan dengan terburu-buru menuju ke pintu depan, karena waktu sudah menunjukkan pukul 7.10. Namun, sebelum dia mencapai ruang tengah, mamanya menghalangi.
”sivia, sarapan dulu.”
”gak deh ma, ntar aku telat.”
”kan mama tadi udah bangunin kamu, kamunya aja yang gak mau bangun”
”abis aku ngantuk banget si ma, udah ya ma aku berangkat dulu”
”sarapan dulu sayang, makanannya udah mama siapin tu di atas meja”
”tapi ma, 5 menit lagi bel masuk”
”yaudah deh, rotinya dimakan sambil jalan aja”
”oke deh mama”
Dengan tergesa-gesa, sivia mengambil roti yang sudah disediakan di atas meja, lalu dia berlari sekencang-kencangnya menuju sekolah. Jarak sekolah sivia memang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Ia hanya perlu berjalan sekitar 8-10 menit. Namun, bel di sekolahnya berbunyi tepat pukul 07.15, sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 07.13.
***
Bel belum berbunyi, suasana di salah satu ruangan di sekolah Sivia terlihat cukup ramai dengan anak-anak berseragam putih-biru yang berkelompok disana-sini. Ruangan yang cukup sederhana ini adalah tempat dimana Sivia belajar setiap harinya, mencari ilmu untuk kehidupannya kelak. Ruangan ini dihiasi dengan kerajinan-kerajinan murid yang ditempel di dinding atau sekedar diletakkan di meja guru maupun diatas lemari. Di pintunya terdapat guntingan-guntingan kertas origami berwarna berbentuk angka 7 dan angka 1 disebelahnya.
Di ruangan itu pula,terlihat dua anak yang sedang asik mengobrol.
”Eh Ra, tadi lo liat Sivia gak?” tanya salah satunya.
”Dari tadi gue kagak liat Sivia, lo sendiri liat gak?” balas yang lainnya.
”ya kalo gue tau, ngapain gue nanya elo Zahra.. kira-kira dia kemana ya?”
”hehe.. iya.. kemana ya dia? apa mungkin dia telat?” kata Zahra balik bertanya.
”telat? Mana mungkin, rumahnya kan gak ada sekilo dari sini, 10 menit aja nyampe. Ya
gak mungkin telat lah. Lagian, dia kan paling rajin berangkat pagi di bandingin gue sama elo.” jelas Ify panjang lebar.
”iya juga ya..., apa dia sakit?”
”sakit? Bisa aja sii... tapi, masa dia gak bilang ke kita-kita kalo dia sakit?, kita kan sobatnya... kayaknya juga gak mungkin deh ra.”
”yaudah deh... kita tunggu aja nanti...” ucap zahra
Ify dan Zahra kebingungan karena Sivia belum datang juga. Padahal biasanya dia yang paling sering berangkat pagi, bahkan belum pernah telat sekalipun. Dan sekarang yang bisa mereka lakukan hanyalah menunggu. Menunggu Sivia datang dengan hukuman yang artinya terlambat,
atau menunggu ada surat dari Sivia yang mengabarkan dia izin atau sakit. Dan jika keduanya tidak datang itu artinya sivia membolos.
”Teeeet... Teeeet... Teeeet...”
Bel yang menandakan semua murid harus masuk kelaspun berbunyi menggemparkan sekolah.
***
”Teeeet... Teeeet... Teeeet...”
Dari jauh terdengar suara yang sudah tak asing lagi bagi Sivia, Sivia menjadi semakin panik dan terus berlari menuju sekolahnya.
“waaaaaa…… gue telaaatt… Udah bel tu…” jerit Sivia sambil menambah kecepatan larinya.
Karena terlalu terburu-buru, Sivia tidak melihat ada sebuah batu yang lumayan besar didepannya. Dan ketika itu juga,..
BRUUKK.... Sivia terjatuh, kaki kanannya tersandung batu tersebut.
”aw....iihh... napa jatuhnya gak ntar-ntar aja si, sekarang kan gue lagi buru-buru..” kata sivia pada dirinya sendiri sambil mencoba bangun .
Namun, saat dia mulai berdiri, kakinya terasa benar-benar sakit, perih. Sivia kembali terduduk di tempat itu, dia meraih kakinya, melihat tempat dimana rasa sakitnya berasal. Terlihat luka yang cukup besar, dengan darah segar yang mengalir, sedikit jijik dia melihatnya. Rasa perih itu sepertinya semakin menjadi-jadi, Sivia meniup-niup lukanya yang terasa panas itu atau sedekar mengipasi dengan tangannya. Sivia terus mencoba berdiri meskipun sedikit tertatih-tatih. Sampai akhirnya...
”mau gue bantu gak?” kata seorang cowok yang segera membantu memapah Sivia. Sivia tak melihat orang disebelahnya itu,dia justru masih melihat ke arah lukanya. Namun, Sivia tahu dia dan orang itu bertujuan sama, yaitu ke sekolah. Karena sempat Sivia melihat orang itu memakai seragam yang sama dengan yang sedang dia pakai.
”udah. Gak usah, ntar malah ngerepotin elo lagi. Mendingan lo aj yang ke sekolah, daripada lo ikutan telat juga.” jawab Sivia
”yah.. gue sih gak ada pilihan. gue bantu ato gak bantu elo, pasti gue telat juga lah. Kan tadi udah bel.”
”o iya... sial banget si gue, bediri aja gue gak bisa. Mana udah bel lagi. Apa gue pulang aja?” kata Sivia tanpa sadar.
”jangan pulang dong, ntar gak ada yang nemenin gue kena hukuman... hehe,” balas cowok itu usil.
”ya udah deh, sebagai ucapan makasih. Gue rela nemenin elo kena hukuman.” kata Sivia kesal.
Lelaki disampingnya itu tersenyum, ketika Sivia melihat ke arahnya. Sedikit terperanjat, ternyata Sivia mengenal lelaki disebelahnya ini, sosok kakak kelasnya yang cukup terkenal disekolahnya, Sion.
***
Setelah menyebrang jalan, mereka berjalan menuju gerbang sekolah. Terlihat seorang separuh baya yang melihat ke arah mereka sampil melipat tangannya di dada.
”Sion lagi, Sion lagi , sudah berapa kali kamu terlambat?” kata lelaki yang menjaga pintu masuk itu untuk memeriksa siapa saja yang terlambat.
”maaf pak. Sion udah berusaha buat berangkat pagi.” jawab Sion itu.
”lalu siapa cewek cantik ini, sepertinya bapak belum pernah melihat dia terlambat.” tanya lelaki itu yang akrab dipanggil pak jo oleh anak-anak di sekolah.
”saya Sivia pak. Saya memang baru kali ini terlambat. Maafkan saya pak.” jawab Sivia.
”yasudah. Sivia, Sion, jangan ulangi perbuatan kalian. Untuk Sion, sekali lagi kamu terlambat, akan bapak panggil orangtua kamu.”
”tapi pak...” ucap sion yang ingin membela dirinya.
”tidak ada tapi tapian, sekarang kalian masuk perpustakaan, karena kalian tidak boleh mengikuti jam pelajaran pertama. Hukuman kalian akan menyusul nanti.” jelas pak jo.
”baik pak...” ucap Sivia dan Sion enggan.
***
Perpustakaan itu terlihat sepi, terdapat buku-buku disana sini. Hanya ada Sivia dan Sion disana. Sivia yang sedang mengamati lukanya sambil sesekali meniup luka tersebut dan Sion yang juga sedang mengamati perempuan disebelahnya yang baru ditemuinya pagi ini.
”o.. jadi nama lo tu Sivia. Kok gue gak pernah liat elo ya?” Sion mulai angkat bicara.
”iya. Gue emang jarang maen ke kelas 8.”
”lho... jadi elo anak kelas 7... pantesan gue gak pernah liat. Kelas elo di 7 berapa?”
”gue kelas 7.1”
”gue kelas 8.1. gue Sion.”
”ooohh....” jawab Sivia singkat masih sambil memandangi lukanya. Sivia memang sengaja cuek menanggapi Sion. Dia memang sedikit kesal terhadap salah satu kakak kelasnya ini. Sion memang cukup nge-trend dikalangan teman-temannya. Sion terkenal bandel dan cuek. Namun, justru itu itulah yang membuat teman-temannya banyak mengagumi sosok disebelahnya ini, menurut pandangan mereka lelaki seperti itu lelaki yang misterius. Berbeda pendapat dengannya. Menurut Sivia, lelaki seperti itu adalah lelaki sok cuek yang selalu memilih-milih teman dan tak pernah peduli dengan orang lain. Karena itulah, dia sedikit tak percaya bahwa Sion yang terkenal cuek itulah yang membantunya sampai di tempat ini.
”o iya., gimana luka lo? Masi sakit? Lagian kenapa pake acara lari-larian segala.”
”masi si... yah... kan gue takut telat.”
”kalo udah bel, gak beguna lo mau lari sekenceng apapun. Telat 1 detik juga pasti kena hukuman, kayak gatau aja peraturan ni sekolah. Yaudah deh... gue ke UKS dulu, cari obat buat luka lo,” kata Sion sambil meninggalkan Sivia.
Sivia hanya terdiam. Setahu Sivia, dari gosipnya, Sion nggak pernah ngeladenin cewek, baik yang pedekate sama dia ataupun temen sekelasnya sendiri. Walaupun tetep aja banyak cewek yang ngejar-ngejar dia. Bagi Sivia sih, itu namanya cewek kurang kerjaan.
”tumben tu anak baik ma gue, padahal kan dia selalu cuek sama orang-orang, lagian kan dia baru tau and kenal gue sekarang” hanya itulah yang ada di pikiran Sivia saat ini.
***
Tak lama kemudian, orang yang sedang memenuhi fikiran Sivia-pun muncul di depan pintu perpustekaan. Sion yang membawa kotak P3K di tangan kirinya itu mendekat ke arah Sivia.
”sini, luka lo gue obatin,” kata sion sambil memegang kaki sivia.
”aduuhh... pelan-pelan dong. Kasar amat si.”
”iya.. iya... maap deh” kata Sion sambil membersihkan luka Sivia dengan telaten. Dia mengoles luka Sivia dengan betadine dan menutup lukanya dengan kapas.
Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar memasuki perpustakaan, Pak Jo sedang menuju ke arah mereka dan terlihat sedikit kaget dengan pemandangan yang dilihatnya.
”lho? Kaki sivia kenapa? Luka ya? Aduuh... kayaknya lumayan parah.. darahnya banyak gitu.” kata Pak Jo yang khawatir karena melihat kapas yang memang terdapat darah Sivia yang lumayan banyak.
”Iya pak. Ini juga lagi diobatin sama saya,” jawab Sion.
”Sion, kamu dapet hukuman. Bersihkan WC guru selama 3 hari. Buat Sivia, karena kaki kamu lagi sakit, kamu bebas hukuman. Sekarang kamu ke UKS aja ya. Biar guru aj yang ngobatin luka kamu. Daripada di obatin anak itu, ntar jadinya lukamu tambah parah.” kata pak muklis.
”luka saya udah mendingan kok pak. Mendingan saya ke kelas aja.” jawab Sivia
”yaah bapaaak... gini-gini saya pernah ikut dokter kecil dulu waktu SD. Hehe.. Pak, kok 3 hari, biasanya juga cuma sehari. Lagian kan saya udah ngebantu guru UKS pak” rayu sion sambil tersenyum nakal.
”oke... hukumannya jadi ... 5 hari...”
”lho? Kok nambah? yaudah deh... 3 hari aja deh paaakkk..”
”seminggu.”
”yahh... yaudah deh, daripada jadi sebulan,” jawab sion pasrah,meratapi nasibnya yang akan berkutat dengan WC selama seminggu penuh.
Sivia yang melihatnya jadi tersenyum geli, melihat tingkah anak paling cool kalah dengan Pak Jo.
***
Teeeet... Teeeet... Teeeet...
Bel yang menandakan pelajaran pertama usai berbunyi. Sivia dan Sion beranjak dari perpustakaan menuju ke kelas mereka masing-masing. Sivia sudah tidak merasakan kakinya sakit lagi. Lalu, dia berlari ke kelasnya secepatnya.
Suasana dikelas terlihat ramai seperti biasanya, dengan segera Sivia masuk kelas dan menempati salah satu bangku kelas yang kosong sambil sedikit terengah. Takut ada seseorang yang melihat dia membawa tas dan terlambat, menurutnya ini amat sangat memalukan. Tak banyak yang melihatnya, semua teman-temannya sibuk dengan urusan dan obrolan mereka masing-masing. Namun tidak dengan Zahra dan Ify yang justru terlihat sedikit panik.
”siviaa.... kenapa lo bisa telat? Itu kaki lo kenapa lagi?” kata Zahra dan Ify bersamaan sambil mendekati sahabatnya itu.
”ceritanya panjang,” kata Sivia sambil mencari posisi nyaman untuk bercerita pada sahabatnya itu.
”huh... beruntung banget lo, telat pas jam kosong” cetus Ify.
”untung?gue dari tadi pagi sial tau.” kata Sivia masih kesal mengingat kejadian pagi ini.
”emang tadi lo kenapa?” ucap Zahra.
Sivia menceritakan semuanya pada kedua sahabatnya dengan menggebu gebu, sambil melimpahkan semua kekesalannya.
”iihh... untung banget si lo bisa telat bareng Kak Sion.” ucap Zahra.
”hah? Untung? Gak lah! duh viaa... jangan nyampe dah lu jadi kayak cewek-cewek aneh yang suka ngejer-ngejer Kak Sion yang sok cool itu! Ra? Lu kok jadi penggemar Kak Sion gitu sih? Dia tu anak cowok paling ngesok yang pernah gue kenal tau gak. Trus dia tu ...”sebelum Ify menyelesaikan kalimatnya, ocehan Ify diputus oleh Sivia.
”udah-udah , lo kalo mau ngoceh liat-liat dong. Jangan temen juga dijadiin korban. Lagian emang kalo gue telat bareng dia trus laju gue jadi naksir dia gitu?, ya enggak lah fy. Imposibble tau gak, lagian gue juga enek liat gayanya.” lanjut Sivia.
”iiihhh... lo orang mah sama aja... sama-sama suka ngoceh. Lo jangan nuduh gue sembaran fy, gue cuma kagum ama dia. Gak lebih, apalagi setelah Sivia cerita bahwa Sion yang nolongin dia dan...” omongan zahra terputus.
”tapi semua itu kan mungkin juga cuma akal-akalannya Kak Sion biar penggemarnya makin banyak. Kayak lo ini lah salah satu korbannya, sapa tau kan dia pinter akting gitu,” lanjut ify.
”pinter akting? Bagus dong kalo gitu,sapa tau suatu saat ntar dia bisa jadi artis trus..”
”udah-udaaahhh, sekarang gue tau satu hal.... !!!” teriak Sivia yang berhasil membuat teman-temannya terdiam.
”apaan?” jawab Ify dan Zahra yang dengan kompak memusatkan perhatian pada Sivia yang sedang tersenyum jahil.
”kita semua emang cerewet.” jawab Sivia enteng.
”huuu.. Siviiaa.. gue kira apaan...” cetus Ify.
”hahahahahaha.....” mereka kemudian tertawa terbahak-bahak. Dan tanpa sadar semua mata tertuju pada mereka.
”maap deh temen-temen. Kita bakal ngecilin volume suara kita kok... hehe.” kata Zahra sedikit malu.
***
Sepulang sekolah, Sivia tidak ingin pulang ke rumah dulu. Entah apa yang mendorongnya, dia memutuskan untuk berkeliling sekolah. Dia berjalan melewati ruang guru. Ruangan itu terlihat sepi. Namun, Sivia mendengar sebuah suara dari ruangan disebelah ruang guru.
”kayaknya disana ada orang deh, tapi mana mungkin, ini kan udah jam pulang. Pasti guru-guru udah pada pulang semua.” pikir sivia.
Dengan perlahan-lahan, Sivia mendekati ruangan itu untuk memeriksa. Tak salah lagi, suara itu memang berasal dari WC ini. Sivia kemudian memberanikan diri masuk ke WC itu. Dan dia melihat sesosok bayangan. Refleks dia menjerit.
”Aaaaaaaaaaaaaaaaaa............ hantuuuuuuuu.....” Sivia berteriak sambil menutup matanya. Dan sewaktu dia membuka matanya.
”HUUAAA !!!!” jerit Sion sambil mengagetkan Sivia.
Tanpa pikir panjang Sivia kemudian berlari keluar dari WC. Dia menyeka matanya yang tadi sempat basah dengan secepat mungkin, berharap orang yang mengagetkannya itu tidak memperhatikan matanya.
”haha... gitu aja takut,” kata Sion.
”iihh.... rese amat si lo. Gue takut tau. Kalo gue jantungan gimana coba?” ucap sivia sambil ngosh-ngosan.
”idih... baru kali ini gue denger cewe takut sama cowok keren kayak gue ini. Hehe”
”idiihh... baru kali ini gue denger cowok jelek yang mengaku dirinya kereenn..” ucap
Sivia sambil berlari menjauh meninggalkan Sion.
Sion hanya tersenyum melihat Sivia, karena Sivia-lah orang pertama yang berani menyebutnya jelek.
***
“Ngomong-ngomong ngapain Kak Sion di WC guru? O iya… dia kan kena hokum tadi pagi. Ngapa gue gak bantuin dia aja ya? Kan tadi gue juga telat” batin sivia.
Dan dengan tanpa ragu, Sivia pun membalikkan badannya, mengubah arah tujuannya untuk kembali ke WC guru.
***
Sion yang sedang mengepel lantai WC sedikit heran melihat Sivia yang meletakkan tasnya diluar WC dan menuju ke arahnya.
”lho? Kok lo balik lagi? Mau minta maap ya sama gue? Gara-gara lo nyesel uda ngatain gue jelek tadi. iya kan? Tenang aja. Gue udah maapin elo kok.” kata Sion.
”sorry ya,... tapi gue gak nyesel kok.” kata Sivia sambil mencari kain pel.
”trus, lo mo ngapain disini?”
“mau bantuin elo lah…” jawab sivia sambil membantu mengepel lantai di WC sebelah.
”hah? Yakin lu? Ati-ati disini banyak kecoanya tau,” kata Sion dengan tampang serius.
”kecoa doang? Gue gak takut. ” kata sivia berpura-pura supaya terlihat lebih berani.
”o ya? hebat dong.. eh, gue mo ngomong...” kata Sion.
”apa? Ngomong aja kalii... Mau ngomong aja kok repot,” kata Sivia yang masih cuek.
”beneran ni gak papa?”
”yup... ngomong aja...” kata Sivia yang kali ini melihat ke arah Sion.
”ituuu.. hmmm..... dibaju lo ada kecoa.”
”apa? Kecoa? Waaaa..... mana-mana? Ambilin dong tolooongg....” jerit Sivia sambil lompat-lompat. Sebenarnya, dia memang sangat tidak suka dengan kecoa, bukan takut, tapi jijik. Menurutnya, hewan itu adalah hewan kotor, apalagi sering tinggal di WC.
”hahahahaha.... tadi kayaknya ada yang bilang gak takut kecoa deh...”
”iiihh... ambilin dong... gue merinding ni... ”
”APRIL MOOPP....lo gak inget ya ni tanggal berapa?? hahahahaha”
”jadi lo boong?”
”anda benaaaarrr! Ini kan tanggal 1 April. Tanggal yang di izinkan untuk membohongi orang,hehe... ” jawab Sion sambil tersenyum lebar.
”and it’s work” lanjutnya sambil masih tertawa.
Namun, tanpa disadari sion yang sedang tertawa, sivia diam. Dia memegangi kakinya dan menjatuhkan kain pelnya. Dia mulai bersandar pada tembok di sebelahnya.
”hahaha... woy via, ikutan ketawa bareng kenapa?” ucap Sion. Namun, blum ada jawaban dari Sivia.
”Via? Sivia? ” panggil Sion yang sedikit kesal karena di-cuekin, sambil membalikkan badannya.
Dia kaget melihat sivia terduduk di samping tembok.
”Via? Lo knapa?,” kata Sion dengan sedikit panik.
”kaki gue yon...” ringis Sivia sambil memegangi kakinya yang terluka tadi pagi.
***to be continued***
Just Choose It :)
- about SUPERkidz (5)
- my daily live (37)
- story from my imagination (2)
Sabtu, 27 November 2010
1st April part 1
gue Ayu Indah Rachmawati at 11/27/2010 10:14:00 PM
Label: story from my imagination
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comment:
Posting Komentar